Konsumsi ganja atau marijuana telah menjadi perdebatan yang hangat di masyarakat, terutama di kalangan remaja. Banyak yang berpandangan bahwa ganja dapat memberikan efek positif seperti menenangkan pikiran dan meredakan stres. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi ganja dapat meningkatkan risiko episode psikotik pada remaja.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London menemukan bahwa remaja yang mengonsumsi ganja memiliki dua kali lipat risiko mengalami episode psikotik dibandingkan dengan remaja yang tidak mengonsumsinya. Episode psikotik sendiri merupakan kondisi mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, seperti halusinasi dan delusi.
Hal ini disebabkan oleh kandungan THC atau tetrahydrocannabinol dalam ganja yang dapat mempengaruhi kerja otak, terutama pada remaja yang sedang dalam masa perkembangan. Otak remaja masih dalam tahap pembentukan dan rentan terhadap gangguan dari zat-zat kimia seperti THC.
Dampak negatif dari konsumsi ganja pada remaja tidak hanya terbatas pada risiko episode psikotik, tetapi juga dapat berdampak pada kinerja sekolah, hubungan sosial, dan kesehatan fisik secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi para orangtua dan pendidik untuk memberikan pemahaman yang jelas kepada remaja mengenai bahaya konsumsi ganja.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi mengenai bahaya ganja dan menguatkan penegakan hukum terhadap peredaran ganja di masyarakat. Langkah-langkah preventif seperti penyuluhan, konseling, dan rehabilitasi perlu ditingkatkan untuk mengurangi konsumsi ganja di kalangan remaja.
Dengan demikian, diharapkan remaja dapat lebih sadar akan bahaya konsumsi ganja dan memilih gaya hidup yang sehat serta bebas dari pengaruh zat-zat terlarang. Kesehatan mental dan fisik remaja adalah aset berharga bagi masa depan bangsa, oleh karena itu perlindungan terhadap mereka perlu diutamakan.