Masalah kesehatan mental, terutama depresi pascapersalinan, semakin menjadi perhatian di Amerika Serikat. Data menunjukkan bahwa jumlah ibu yang terkena depresi pascapersalinan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Depresi pascapersalinan adalah kondisi mental yang muncul setelah seorang wanita melahirkan. Gejala depresi pascapersalinan dapat berupa perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, dan kesulitan dalam berinteraksi dengan bayi. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada hubungan ibu dan anak, serta mempengaruhi kesehatan mental dan fisik ibu.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sekitar 15-20% ibu yang melahirkan mengalami depresi pascapersalinan. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa angka tersebut semakin meningkat, dengan sebagian besar kasus tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Faktor risiko depresi pascapersalinan meliputi riwayat depresi sebelumnya, stres selama kehamilan atau setelah melahirkan, kurangnya dukungan sosial, dan masalah keuangan. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mendapatkan dukungan dan perhatian yang cukup selama masa kehamilan dan pasca melahirkan.
Untuk mengatasi depresi pascapersalinan, penting bagi ibu untuk mengidentifikasi gejala yang muncul dan segera mencari bantuan dari tenaga kesehatan. Terapi psikologis, obat-obatan, dan dukungan sosial dapat membantu ibu pulih dari kondisi ini.
Pemerintah dan lembaga kesehatan di Amerika Serikat juga telah meningkatkan upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang depresi pascapersalinan dan menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses bagi ibu yang membutuhkannya. Semua pihak, termasuk keluarga dan masyarakat, juga perlu ikut berperan dalam mendukung ibu yang mengalami depresi pascapersalinan agar dapat pulih dan merawat anak dengan baik.