Alasan anak perempuan lebih berisiko terkena lupus dibanding laki-laki

bugar May 7, 2024

Lupus merupakan penyakit autoimun yang dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, data menunjukkan bahwa anak perempuan lebih berisiko terkena lupus dibandingkan dengan anak laki-laki. Lalu, apa sebenarnya alasan di balik hal ini?

Salah satu alasan utama adalah perbedaan hormon antara anak perempuan dan laki-laki. Hormon estrogen, yang lebih dominan pada anak perempuan, diyakini memiliki peran dalam menstimulasi respon sistem kekebalan tubuh yang dapat memicu terjadinya lupus. Selain itu, faktor genetik juga turut berperan dalam meningkatkan risiko anak perempuan terkena lupus. Studi menunjukkan bahwa sebagian besar penderita lupus memiliki riwayat keluarga dengan penyakit autoimun lainnya, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau diabetes tipe 1.

Selain itu, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi risiko terkena lupus pada anak perempuan. Paparan zat kimia berbahaya, infeksi virus, atau stres psikologis dapat memicu terjadinya lupus pada anak perempuan yang rentan. Selain itu, anak perempuan juga lebih sering mengalami perubahan hormon selama masa pubertas, yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terkena lupus.

Meskipun anak perempuan lebih berisiko terkena lupus, hal ini bukan berarti anak laki-laki tidak bisa terkena penyakit ini. Penting bagi orangtua untuk memperhatikan gejala-gejala lupus pada anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki, seperti rasa nyeri sendi, ruam kulit, kelelahan, dan demam yang tidak kunjung membaik. Jika anak Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi risiko anak perempuan terkena lupus, diharapkan dapat membantu orangtua untuk lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan anak-anak mereka. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengidentifikasi faktor risiko lainnya yang dapat mempengaruhi terjadinya lupus pada anak-anak, sehingga upaya pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan secara lebih efektif.